Oleh : Bedirman, S.Pd
Berkabar.co – Nasional. Pertanyaan ini kini kembali menggema di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan Indonesia:
Apa sebenarnya fungsi seorang guru? Apakah sekadar pengajar di kelas, atau pendidik yang menanamkan nilai dan karakter?
Pertanyaan itu menjadi semakin relevan setelah berbagai peristiwa di sekolah belakangan ini — di mana guru atau kepala sekolah justru dipersoalkan, bahkan dihukum, ketika mencoba menegakkan disiplin terhadap siswa.
Kasus yang menimpa Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Bu Dini Fitria, hanyalah satu dari sekian contoh bagaimana dunia pendidikan kita kini berada di persimpangan jalan. Saat seorang guru berani menegur, ia dianggap melampaui batas. Namun, ketika ia diam, maka moral dan disiplin pelajar terus merosot tanpa arah.
Dilema Seorang Pendidik di Zaman Serba Salah
Menjadi guru di masa kini bukan lagi sekadar tentang menyampaikan materi pelajaran. Seorang guru sejati adalah sosok yang juga bertanggung jawab membentuk akhlak, karakter, dan tanggung jawab moral anak didik.
Namun, idealisme itu kini terbentur oleh aturan, persepsi publik, dan media sosial yang kerap menggiring opini tanpa memahami konteks sesungguhnya.
Ketika guru menegur dengan keras
— ia disebut kasar.
Ketika guru menegur dengan lembut
— ia dianggap tidak tegas.
Ketika guru diam
— ia dituduh lalai.
Inilah dilema besar yang menghantui para guru di Indonesia. Antara niat tulus untuk mendidik dan ketakutan menghadapi konsekuensi hukum atau sosial dari tindakan disiplin yang mereka ambil.
Saat Siswa Dibiarkan “Semaunya”
Yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya anggapan bahwa siswa kini bebas berbuat sesuka hati karena setiap teguran bisa dipelintir menjadi tuduhan kekerasan. Bila pola pikir ini terus dibiarkan, dunia pendidikan akan kehilangan arah — sekolah bukan lagi tempat membentuk karakter, melainkan sekadar ruang formalitas belajar tanpa makna moral.
Guru akhirnya memikul beban moral yang berat: ingin mendidik, tapi takut disalahkan.
Padahal, dalam filosofi pendidikan Indonesia yang diwariskan Ki Hajar Dewantara, guru adalah teladan dan pembimbing yang menuntun, bukan hanya mengajar.
Penutup
Kini, saatnya seluruh elemen bangsa — pemerintah, orang tua, dan masyarakat — kembali menegaskan posisi guru sebagai pendidik, bukan hanya pengajar.
Karena di tangan para guru sejati, masa depan bangsa ditentukan. Dan bila niat mendidik terus disalahartikan, maka jangan salahkan jika generasi kita tumbuh tanpa arah dan kehilangan rasa hormat terhadap nilai-nilai moral.
Laporan : Redaksi





